Kamis, 19 Oktober 2017

ASET TAK BERWUJUD




ASET TAK BERWUJUD

Oleh:
Tim Konsultan Pajak Russell Bedford SBR


Aset yang dimiliki perusahaan dalam menjalankan bisnisnya tidak selalu memiliki wujud fisik yang bisa dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain. Aset ini bernama Aset Takberwujud (Intangible Asset). PSAK 19 mendefinisikan Aset Takberwujud sebagai aset non-moneter yang teridentifikasi tanpa wujud fisik. Tiap kata dari kalimat definisi tersebut memiliki makna masing-masing yang melengkapi identitas aset takberwujud. Aset sendiri memiliki makna sebagai sumber daya yang diperoleh perusahaan dan diharapkan dapat menghasilkan manfaat ekonomik di masa mendatang. Dikategorikan sebagai aset Non-moneter karena mengandung nilai yang tidak pasti di masa mendatang. Contoh lain dari aset non-moneter adalah persediaan barang dagang, fasilitas fisik pabrik, investasi dalam saham, dan Goodwill. Aset Tak berwujud dapat Teridentifikasi jika dapat dipisahkan dari perusahaan untuk dijual atau dialihkan secara terpisah. Keteridentifikasian Aset Takberwujud ini disyaratkan agar dapat dibedakan dengan Goodwill.

Goodwill juga termasuk dalam klasifikasi Aset Takberwujud. Namun yang membedakannya dari aset takberwujud biasa adalah cara memperolehnya. Goodwill diperoleh dari hasil akuisisi dengan perusahaan lain. Seperti merek dagang, data supplier, paten produk, atau informasi lain yang tidak dapat dipisahkan dari perusahaan tersebut merupakan goodwill. Contohnya, PT. Ghibli yang bergerak di bidang makanan ringan memtusukan untuk melakukan akuisisi dengan perusahaan Coca-Cola yang memproduksi minuman bersoda. Sejumlah aset takberwujud yang tidak dapat dipisahkan dari perusahaan Coca-Cola seperti merek dagang Coca-Cola, data pelanggan, data supplier, resep minuman yang diproduksi, dan informasi teknologi yang dipakai adalah goodwill yang muncul disaat proses akuisis dan kini ikut dimiliki oleh PT. Ghibli.

Beberapa aset yang dapat dikategorikan Aset Takberwujud antara lain adalah ilmu pengetahuan, implementasi, lisensi, hak kekayaan intelektual, paten, hak cipta, film, izin penangkapan ikan, kuota impor, waralaba, hak eksplorasi, dan lain sebagainya. Namun beberapa jenis Aset Takberwujud dapat dimuat dalam sesuatu yang bersifat fisik, seperti compact disc (dalam kasus software komputer), atau dokumentasi hukum (dalam kasus lisensi atau paten). Dalam hal ini manajemen perusahaan menggunakan pertimbangan untuk menilai elemen mana yang lebih signifikan. Contoh, software adalah aset takberwujud pada komputer. Dan computer tidak dapat beroperasi tanpa software tersebut. Dalam kasus ini karna komputer tidak mempunyai nilai ekonomik tanpa software, maka software tersebut diperlakukan sebagai bagian dari computer. Bukan sebagai Aset Takberwujud yang terpisah.

Manfaat ekonomik yang diperoleh dari Aset Takberwujud dapat berasal dari hasil penjualan barang atau jasa. Namun manfaat ekonomik lain bisa juga didapat dari penghematan biaya. Sebagai contoh, PT. Ghibli yang bergerak di bidang makanan ringan ingin membeli ilmu teknik pengemasan makanan yang lebih efisien dari hasil penelitian sekelompok mahasiswa teknik pangan. Untuk dapat memperoleh informasi cara mengemas makanan tersebut, PT. Ghibili harus membeli Aset Takberwujud berupa kekayaan hak intelektual yang melindungi penemuan tersebut. Lalu dalam proses produksi selanjutnya, teknik pengemasan yang baru memang tidak meningkatkan pendapatan, tetapi mengurangi biaya produksi masa depan.

Aset Takberwujud dapat dihasilkan secara internal yang umumnya dihasilkan dari hasil riset yang dilakukan perusahaan itu sendiri. Terkadang sulit untuk menilai apakah Aset Takberwujud yang dihasilkan secara internal memenuhi kriteria untuk diakui. Kesulitan tersebut antara lain apakah akan menghasilkan manfaat ekonomik masa depan yang diharapkan dan bagaimana menentukan biaya perolehan Aset Takberwujud tersebut. Dalam beberapa kasus, biaya untuk menghasilkan Aset Takberwujud tidak dapat dibedakan dengan biaya operasi sehari-hari.

Untuk selengkapnya lihat disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar